Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu)
adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8,
kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan
ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang
tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi
baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
PUSAT KERAJAAN MATARAM KUNO
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.
Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
Beberapa peninggalan Kerajan Mataram Hindu kuno bisa kita temukan di komplek dataran tinggi Dieng.
Kompleks Candi
Dieng merupakan kumpulan candi yang terletak di kaki pegunungan Dieng,
Wonosobo, Jawa tengah. Kawasan Candi Dieng menempati dataran pada
ketinggian 2000 m di atas permukaan laut, memanjang arah utara-selatan
sekitar 1900 m dengan lebar sepanjang 800 m. Kumpulan candi Hindu
beraliran Syiwa yang diperkirakan dibangun antara akhir abad ke-8 sampai
awal abad ke-9 ini diduga merupakan candi tertua di Jawa.
Berikut nama nam candi di areal pegunungan Dieng.
Candi Gatutkaca
Candi Gatotkaca adalah salah satu candi Hindu yang berada di Dataran Tinggi Dieng, di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini terletak di sebelah barat Kompleks Percandian Arjuna, di tepi jalan ke arah Candi Bima, di seberang Museum Dieng Kailasa. Nama Gatotkaca sendiri diberikan oleh penduduk dengan mengambil nama tokoh wayang dari cerita Mahabarata.
Candi Bima
Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, candi ini terletak
paling selatan di kompleks Percandian Dieng.
Pintu masuk berada di sisi timur. Candi ini cukup unik dibanding dengan
candi-candi lain, baik di Dieng maupun di Indonesia pada umumnya,
karena kemiripan arsitekturnya dengan beberapa candi di India. Bagian atapnya mirip dengan shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan. Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut dengan kudu.
Candi Dwarawati
Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi Gatutkaca, yaitu berdenah
dasar segi empat dengan penampil di keempat sisinya. Tubuh candi berdiri
di atas batur setinggi sekitar 50 cm. Tangga dan pintu masuk, yang
terletak di sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa pahatan.
4. Candi Arjuna
kompleks candi Arjuna
Candi
ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga. Berdenah dasar
persegi dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi berdiri
diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga menuju
pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi
dengan semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari
tubuh candi. Di atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.
Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah dasarnya
berbentuk persegi empat membujur arah utara-selatan. Batur candi
setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan. Tangga menuju pintu masuk ke
ruang dalam tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak
dilengkapi bilik penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan
pola kertas tempel dan kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu
terdapat Kalamakara tanpa rahang bawah.
Candi Puntadewa
Ukuran
Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini tampak lebih
tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur bersusun setinggi sekitar 2,5
m. Tangga menuju pintu masuk ke dalam ruang dalam tubuh candi dilengkapi
pipi candi dan dibuat bersusun dua, sesuai dengan batur candi. Atap
candi mirip dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar.
Puncak atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk
aslinya. Di keempat sisi atap juga terdapat relung kecil seperti tempat
menaruh arca. Pintu dilengkapi dengan bilik penampil dan diberi bingkai
yang berhiaskan motif kertas tempel.
Candi Sembrada
Batur
candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk bujur
sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat bagian
yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil. Pintu
masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil.
Adanya bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya
membuat bentuk tubuh candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat
batu yang ditata sebagai jalan setapak menuju pintu.
Candi Srikandi
Candi Gedong Songo
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi setinggi
sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Di sisi timur terdapat
tangga dengan bilik penampil. Pada dinding utara terdapat pahatan yang
menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada
dinding selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut
sudah rusak. Atap candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk
aslinya.
Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo.
Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan
laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C).
No comments:
Post a Comment