Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan
Raja Meurah Silu pada 1267 Masehi. Kerajaan ini gabungan dari Kerajaan
Pase dan Peurlak dengan raja pertama Malik Al Saleh, nama baru Meurah
Silu setelah menganut agama Islam.
Situs Samudera Pasai berada di Kecamatan Samudera. Masyarakat di
sekitar situs kebanyakan hidup dari berladang dan mencari ikan. Namun,
penghasilan mereka lebih banyak dari akik.
Selain akik, uang dirham peninggalan Samudera Pasai banyak dicari
warga. Uang logam terbuat dari emas dan beraksara Arab itu berukuran
tidak lebih besar dari ujung telunjuk orang dewasa. Warga menjual
seharga Rp 700.000 per keping. Menurut Ruslan, uang dirham emas mudah
ditemukan setelah hujan saat tanah tergerus air.
Repelita Wahyu Oetomo, arkeolog dari Balai Arkeologi Medan,
mengatakan, hingga sekarang Samudera Pasai masih dianggap sebagai
kerajaan Islam pertama di Nusantara meski jauh sebelumnya ada Kerajaan
Barus di Sumut. Kerajaan itu menjalin hubungan dengan para pedagang
Islam sejak abad ke-7. ”Bukti fisik peninggalan Samudera Pasai
menunjukkan pernah ada raja-raja masa itu. Di Barus belum ada,” katanya.
Sebelum Islam datang, Samudera Pasai menganut kepercayaan lain,
diperkirakan Hindu-Buddha. Namun, kata Bambang Budi Utomo, peneliti masa
Hindu-Buddha dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional,
jejak kebudayaan Hindu-Buddha secara fisik tak banyak ditemukan di
Aceh.
Keberadaan Samudera Pasai banyak ditulis dalam catatan perjalanan
para pelaut asing. Catatan perjalanan Beaulieu menyebutkan, bangunan
yang paling mencolok adalah istana. Di sekitar istana ada perkampungan,
masjid raya, dan pasar. Di sekeliling istana tidak ditemukan benteng
pertahanan.
Hal sama disebutkan Nicolaus de Graf, orang Belanda yang datang ke
Aceh pada tahun 1641, dan Dampier (Inggris) yang datang pada tahun 1688.
Pedagang keliling umumnya pedagang asing yang kadang kala menetap dan
membentuk kampung di dalam kota. Rumah penduduk dibangun menggunakan
tiang-tiang bambu setinggi 120-180 cm.
Gambar Makam Makam peninggalan Kerajaan Samudera Pasai
Arkeolog masih mencari bukti adanya perkampungan, pasar, ataupun
masjid seperti ditulis para penjelajah asing. Menurut Wahyu, hingga
sekarang belum banyak temuan struktur selain makam. Pada pencarian di
Cot Astana yang berarti tanah tinggi, para arkeolog menemukan struktur
batu bata.
Selain dari catatan perjalanan, keberadaan Samudera Pasai lebih
banyak dilacak dari temuan nisan yang membentuk kompleks pemakaman di
Kecamatan Samudera. Dari tulisan di batu nisan yang dicocokkan dengan
sumber sejarah lain, para ahli menyimpulkan bahwa di kawasan itu
ditemukan makam raja-raja Pasai. Sejumlah nisan terbuat dari marmer
hadiah dari raja India. Bentuk nisan seperti Taj Mahal. Nisan dari
Samudera Pasai tersebar ke perbukitan.
Selain makam raja-raja, kompleks pemakaman para penggawa kerajaan
berada di Kecamatan Samudera. Nisan berbentuk batu yang dipahat dengan
tulisan Arab bisa dijumpai di kompleks pemakaman Tengku Batee Balee.
Kebesaran Samudera Pasai, dari luas daerah kekuasaan ataupun kekuatan
perdagangannya, membuat raja di daerah lain menghormati. Sayang, sampai
kini bekas peninggalan Samudera Pasai itu belum dilestarikan.
No comments:
Post a Comment