Pantai Watu Ulo, atau dalam bahasa Jawa berarti Batu Ular, terletak di desa Sumberejo, kecamatan Ambulu, sekitar 40 Km sebelah selatan kota Jember. Disebut Watu Ulo karena mengacu pada rangkaian batu karang yang memanjang dari pesisir pantai ke laut.
Pantai ini banyak dikunjungi saat hari libur ataupun hari biasa. Dengan keindahan pantai dan alam sekitar pantai membuar pantai ini terkenal di kawasan Jember. Selain itu, setiap tanggal 7 syawal atau saat hari raya ketupat, selalu diadakan upacara Larung Sesaji, dimana para nelayan melempar sesaji ke laut sebagai tanda persembahan dan ucap syukur.
Di sekitar pantai, pengunjung yang datang juga bisa melihat beberapa spot wisata yang lain, seperti, goa Jepang, Goa Kelelawar dan beberapa fasilitas pendukung seperti taman bermain dan area berkemah.
Batu-batu di pantai Watu Ulo memiliki kisah tersendiri. Bukan kisah percintaan atau yang sejenisnya, melainkan kisah pertarungan antara manusia dengan seekor ular besar.
Mitos Sekitar Terjadinya pantai Watu Ulo
Konon pada zaman dulu, hiduplah suami istri bernama Aki dan Nini Sambi. Keduanya dikaruniai anak yaitu Joko Samudera. Sang ayah bertugas mencari kayu bakar di perbukitan sekitar pantai, sementara sang anak mencari ikan di laut. Pada suatu hari, Aki dan Nini Sambi yang sedang mencari kayu bakar mendengar suara tangis bayi. Mereka pun mencari sumber bunyi itu, dan menemukan seorang bayi lelaki. Merasa tak tega, Nini Sambi langsung jatuh hati dan merawat sang bayi. Pasangan itu kemudian memberi nama sang bayi yaitu Marsudo.
Waktu berlalu, kedua laki-laki ini tumbuh dewasa. Mereka bergantian mencari ikan di laut. Suatu kali Marsudo mencari ikan, dia kaget bukan kepalang karena saat mata pancingnya diangkat, yang didapatnya adalah ikan besar yang bisa berbicara. Ikan bernama Raja Mina itu ingin Marsudo melepas dirinya. Sebagai gantinya, sang ikan akan mengabulkan setiap keinginannya.
Marsudo pun melepaskan Raja Mina. Dengan penuh ucapan terima kasih, ikan besar itu langsung berenang. Namun apes bagi Marsudo, setibanya di rumah dia langsung dimarahi kedua orang tuanya karena melepas ikan yang begitu besar.
Tak tega melihat saudaranya dimarahi, Joko Samudera pergi memancing ke laut untuk menggantikan adiknya. Alih-alih mendapat ikan, dia malah mendapat seekor ular laut yang sangat besar. Ular itu mengamuk saat kait pancing Joko Samudera melukai tubuhnya.
Keduanya berduel sengit, sama-sama tak mau menyerah. Melihat sang kakak berjibaku melawan ular raksasa, Marsudo berinisatif memanggil Raja Mina yang dia selamatkan sebelumnya. Ia meminta janji Raja Mina untuk menuruti permintaannya, yakni memenangkan kakaknya saat melawan ular raksasa.
Mendengar permintaan Marsudo, Raja Mina pun memberinya sebatang cemeti. Ikan yang bisa bicara itu berpesan untuk memukul tubuh si ular dua kali, maka tubuhnya akan terbelah jadi tiga. Pisahkan ketiga bagian tubuhnya ke 3 tempat sehingga tak bisa bersatu lagi. Kalau bersatu, ular itu akan hidup kembali. Ular itu pun bisa ditaklukkannya.
Sekarang, di pinggir pantai, ada gugusan batu yang mirip dengan anatomi tubuh ular raksasa. Panjang dan berlekuk, permukaannya seperti sisik. Menarik kan?
Konon pada zaman dulu, hiduplah suami istri bernama Aki dan Nini Sambi. Keduanya dikaruniai anak yaitu Joko Samudera. Sang ayah bertugas mencari kayu bakar di perbukitan sekitar pantai, sementara sang anak mencari ikan di laut. Pada suatu hari, Aki dan Nini Sambi yang sedang mencari kayu bakar mendengar suara tangis bayi. Mereka pun mencari sumber bunyi itu, dan menemukan seorang bayi lelaki. Merasa tak tega, Nini Sambi langsung jatuh hati dan merawat sang bayi. Pasangan itu kemudian memberi nama sang bayi yaitu Marsudo.
Waktu berlalu, kedua laki-laki ini tumbuh dewasa. Mereka bergantian mencari ikan di laut. Suatu kali Marsudo mencari ikan, dia kaget bukan kepalang karena saat mata pancingnya diangkat, yang didapatnya adalah ikan besar yang bisa berbicara. Ikan bernama Raja Mina itu ingin Marsudo melepas dirinya. Sebagai gantinya, sang ikan akan mengabulkan setiap keinginannya.
Marsudo pun melepaskan Raja Mina. Dengan penuh ucapan terima kasih, ikan besar itu langsung berenang. Namun apes bagi Marsudo, setibanya di rumah dia langsung dimarahi kedua orang tuanya karena melepas ikan yang begitu besar.
Tak tega melihat saudaranya dimarahi, Joko Samudera pergi memancing ke laut untuk menggantikan adiknya. Alih-alih mendapat ikan, dia malah mendapat seekor ular laut yang sangat besar. Ular itu mengamuk saat kait pancing Joko Samudera melukai tubuhnya.
Keduanya berduel sengit, sama-sama tak mau menyerah. Melihat sang kakak berjibaku melawan ular raksasa, Marsudo berinisatif memanggil Raja Mina yang dia selamatkan sebelumnya. Ia meminta janji Raja Mina untuk menuruti permintaannya, yakni memenangkan kakaknya saat melawan ular raksasa.
Mendengar permintaan Marsudo, Raja Mina pun memberinya sebatang cemeti. Ikan yang bisa bicara itu berpesan untuk memukul tubuh si ular dua kali, maka tubuhnya akan terbelah jadi tiga. Pisahkan ketiga bagian tubuhnya ke 3 tempat sehingga tak bisa bersatu lagi. Kalau bersatu, ular itu akan hidup kembali. Ular itu pun bisa ditaklukkannya.
Sekarang, di pinggir pantai, ada gugusan batu yang mirip dengan anatomi tubuh ular raksasa. Panjang dan berlekuk, permukaannya seperti sisik. Menarik kan?
No comments:
Post a Comment