Siapa Sebenarnya Syarifah Zaenab Istri Brawijaya V


Dalam Babad Tanah Jawa di sebutkan :
Putri China dibuang karena permaisuri Brawijaya yang bernama Dwarawati bermimpi dan takut keturunan China itu merebut kekuasaan (terdapat dihalaman 97)".

Fakta Sebenarnya adalah :
Sosok Darawati dan putri China itu kadang suka disalah artikan, padahal sosok keduanya sama, sosok keduanya adalah satu, putri china yang dimaksud tersebut adalah Syarifah zaenab binti Ibrahim Asmorokondi. Syarifah Zaenab itu hijrah ke Palembang bukan dibuang, beliau adalah sosok wanita yang sangat dihormati Brawijaya V, tidak mungkin Brawijaya V berani memperlakukan sosok Syarifah Zaenab secara sewenang wenang, apalagi Syarifah Zaenab adalah adik Sunan Ampel, sedangkan antara BrawijayaVdan Sunan Ampel hubungannya sangat baik, begitu juga dengan Walisongo lainnya, Syarifah Zaenab itu hijrah bukan dibuang, beliau hijrah karena situasi Majapahit memang sudah tidak kondusif lagi bagi diri dan anaknya, Majapahit sudah bobrok dan tinggal menunggu waktunya saja untuk jatuh, intrik sesama bangsawan sering terjadi, dan ini sangat tidak baik bagi kondisi Syarifah Zaenab dan Raden Fattah.

Istri Brawijaya sendiri sangat banyak, dan ini dibuktikan dengan banyaknya anak yang berjumlah 100 orang (anak kandung) dan juga anak angkat dan anak tiri sebanyak 17 orang termasuk diantaranya adalah Arya Damar, Bondan Kejawan, Jaka Tarub, Syekh Bela Belu, Raden Fattah, Empu Supa, dan beberapa lagi yang lainnya. Tidak heran dengan anak yang jumlahnya sangat spektakuler ini sesama putra-putri dan permaisuri atau selir dari Brawijaya saling bersinggungan, dan ini kelak menjadikan kondisi keraton sangat penuh dengan berbagai ambisi, keinginan, intrik.

Jadi sangatlah aneh jika ada tuduhan jika Syarifah Zaenab itu mau merebut kekuasaan, aneh.....Syarifah Zaenab adalah muslimah yang baik yang justru hidupnya itu zuhud, kalau dia mau, dia bisa saja bertahan, namun karena dia melihat majapahit sudah tidak “sehat” lagi, maka beliau lebih memilih Palembang yang kondisinya stabil, lagipula pernikahan Brawijaya 4 dengan Syarifah Zaenab, adalah pernikahan yang tujuannya untuk melindungi keberadaan kehormatan dari Syarifah Zaenab. Perlu diketahui bahwa selama menikah, tidak pernah sekalipun Brawijaya 4 ini “mencampuri” istrinya tersebut, itu karena Brawijaya 4 sangat faham kedudukan dari seorang Syarifah Zaenab, sehingga tidak lama kemudian akhirnya Brawijaya 4 menyerahkan Syarifah Zaenab untuk dinikahi Arya Damar atau Arya Dillah yang ternyata juga seorang AZMATKHAN!!!. Memang jika dilihat dari neneknya, Syarifah Zaenab adalah keturunan Kaisar ming, namun dari garis ayahnya jelas ia adalah Azmatkhan.

Syarifah Zaenab atau yang sering disebut putri China itu adalah ibu Raden Fattah. Raden Fattah sendiri sampai sekarang diyakini sebagai anak dari putri China seperti apa yang pernah diungkap oleh Gus Dur. Bahkan Prof Dr Slamet Mulyana dalam bukunya yang kontroversial yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Majapahit dan timbulnya Kerajaan Islam Di Nusantara sempat mengangkat isu jika Walisongo dan keluarga Besar Raden Fattah itu adalah China, sehingga tidak lama kemudian, buku ini akhirnya dicekal dan sampai sekarang masih terus diperdebatkan, sialnya buku Slamet ini lagi lagi mengambil rujukan dari Babad Tanah Jawi dan juga naskah Residen Portman yang fiktif.

Sampai sekarang sejarah Raden Fattah selalu dikaitkan dengan bangsa China, baik itu di Palembang maupun di Demak atau beberapa daerah lainnya. Beberapa saat yang lalu saya juga pernah keberatan jika Raden Fattah dikatakan anak dari putri China, ini bukan masalah RAS apalagi anti China, tapi ini adalah masalah garis keturunan yang harus jelas dan terang benderang, namun ketika saya mempelajari ilmu tautan nasab, saya baru sadar dan merasa bodoh, ternyata dari apa yang saya pelajari tentang ilmu tautan nasab, bahwa Syarifah Zaenab, Sunan Ampel, Maulana Ishaq, Sayyid Fadhol Ali Murtadho yang merupakan pentolannya Walisongo memang mempunyai garis tautan nasab dengan etnis China terutama dari ibu mereka yang menikah dengan ayah mereka yang bernama Sayyid Ibrahim Zaenuddin Al Akbar As-Samarkandy. Sayyid Ibrahim As-Samarkandy atau Ibrahim Asmorokondi ini telah menikah dengan salah satu putri Kaisar dimasa Dinasti ming yang kebetulan saat itu berada di Champa.

Champa memang saat itu merupakan wilayah yang sangat berhubungan erat dengan Kekaisaran Ming pada waktu itu. Dan kita juga harus faham, bahwa yang namanya tautan nasab ini pengaruhnya terkadang sangat dahsyat. Adanya tautan nasab bahkan bisa mempererat hubungan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, hubungan tautan nasab bisa mempererat keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.Yang jelas ketika saya mengetahui bahwa Raden Fattah, Syarifah Zaenab, Sunan Ampel, Maulana Ishaq, Sayyid Fadhol Ali Murtadho seorang Azmatkhan namun ada darah Etnis China, saya malah bersyukur, karena dengan adanya tautan ini maka sayapun akhirnya bisa merasa dekat dengan bangsa yang satu ini, bahkan beberapa saat yang lalu ketika ada seorang ulama ditanya oleh beberapa dokter dari China dengan pertanyaan, “apakah Walisongo mempunyai hubungan silsilah dengan bangsa china?” ketika ulama itu menjawab ada, dan memberikan jawaban mengenai istri dari Sayyid Ibrahim Asmorokondi tersebut, para Dokter China tersebut sangat sumringah dan senang, karena ternyata negara mereka dengan negara kita ini masih memiliki hubungan garis silsilah melalui pemimpin bangsa mereka dimasa lalu....

(Disarikan dari Buku Babad Tanah Jawi Episode Galuh Mataram dan diterjemahkan dari bahasa Jawa Kuno ke Bahasa Indonesia Oleh Dr. Suwito, Tahun 1970)


Dalam Babad Tanah Jawa di sebutkan bahwa:
"Putri China dikatakan hamil 7 bulan kemudian diserahkan kepada Arya Damar/Arya Dillah (terdapat dihalaman 96)".

Fakta sebenarnya adalah:
Pada halaman sebelumnya dikatakan bahwa putri China tersebut hamil 3 bulan, dan sekarang berubah lagi menjadi 7 bulan, ada ketidak konsistenan terhadap pakem tulisan. Dan lagi-lagi kisah ini adalah kisah sesat menyesatkan karena sudah jelas, mana mungkin Arya Dillah menikahi wanita yang sedang hamil! sekalipun wanita itu belum dinikahi, jelas keberadaan wanita dirumahnya merupakan hal yang sangat tidak pantas dilakukan oleh pemimpin sekelas Arya Dillah. Arya Dillah adalah ulama dan penguasa. Mana mungkin dia menikahi wanita yang dalam kondisi hamil..Secara Syariat Islam ini adalah pernikahan yang tidak benar. Arya Dillah jelas tidak mungkin mau menikahi wanita yang sedang hamil, apapun alasannya, justru yang benar adalah Arya Dillah menikahi wanita ini dalam kondisi wanita ini suci dan anak ini sudah lahir. Dan tahukah anda, bahwa wanita tersebut adalah seorang Ahlul Bait, beliau bernama Syarifah Zaenab binti Ibrahim Asmorokondi.

Saat pernikahan Syarifah Zaenab tidaklah hamil dan sudah melewati masa iddah. Saat menikah Syarifah Zaenab sudah punya naka, Anak tersebut adalah Raden Fattah.Cerita ini jelas sangat merendahkan martabat tokoh tokoh Islam pada masa itu, Arya Dillah sudah jelas dia adalah penguasa plus ulama, syarifah Zaenab adalah wanita muslimah yang juga alim, Brawijaya 4 dan Brawijaya 5 adalah dua raja yang hubungan dengan Walisongo cukup baik, jadi mana mungkin Brawijaya berbuat tidak terhormat seperti ini, sedangkan dia adalah seorang raja.yang sangat berwibawa dan terhormat...Sudah jelas pernikahan wanita hamil dengan seorang ulama adalah dusta besar, sekali lagi, buku ini benar benar sudah merusak nama baik keluarga besar Walisongo dan Azmatkhan.. Wallahu A’lam BIsshowab

1 comment:

  1. afwan artikel nya bagus, hanya saja perlu bukti yang menguatkan agar tidak bisa dikatakan hoax apa lagi maraknya penyembunyian dan pemutarbalikan fakta sejarah sering sekali terutama penulisan sejarah pada masa kolonial dengan tujuan pemecah belah nusantara ironisnya masih menjadi rujukan utama... afwan sekedar masukan saja kok...

    ReplyDelete

Pages