Kupas Tuntas Syarifah Zaenab Binti Ibrahim Asmorokondi (Ibu Raden Fatah)

Ibunda Raden Fatah adalah salah satu sosok yang jarang dibicarakan, sosok beliau justru sering terpinggirkan perannya dalam skema sejarah Kesultanan Demak atau juga Kesultanan Palembang. Cerita tentang ibunda Raden Fatah sangat sedikit sekali dibahas. Yang ada adalah cerita-cerita yang saling berlainan, tergantung dari siapa sang penutur. Kebanyakan cerita lebih banyak berasal dari versi dari Majapahit. Sejarah tentang dirinya memang tidak selengkap anaknya, cerita tentang dirinya lebih banyak berbicara kisah sedih dan pilu dari seorang wanita yang terisolasi dari sebuah hubungan dilingkungan sebuah kerajaan besar yaitu Majapahit.

Siapa ibu Raden fatah ini?? beliau adalah Syarifah Zaenab Binti Ibrahim Al Akbar Asmorokondi, namun sebagian besar nama ini tidak pernah muncul dalam sejarah majapahit, yang ada adalah nama-nama yang berbau majapahit, seperti Dewi damarwulan, Nyi Condrowati dan nama-nama lain, sedangkan nama Zaenab? sangat aneh sekali terdengar. Ibunda Raden fatah ini dikatakan merupakan seorang putri Champa (Vietnam tengah-Kamboja), itu benar!. Ia dikatakan dari etnis China, ini boleh jadi benar karena posisi Champa pada masa lalu memang secara geografis berdekatan dengan China, apalagi pada masa itu ekspansi China sudah hampir mendekati wilayah Champa. Champa hanya tinggal tunggu waktu untuk dijajah oleh China, dan memang dikemudian hari Champa jatuh ke tangan Kaisar China dan setelah jatuh, semua yang berbau Islam dihabisi, sampai-sampai makampun Islam cukup sulit ditemukan diwilayah ini. Ibunda Raden Fatah ini etnisnya memang ada sebagian dari China, terutama ketika leluhurnya diantaranya Sayyid Husein Jamaludin (Syekih Jumadhil Kubro) yang menikah dengan salah satu putri raja champa yang saat itu rajanya sudah berhasil diislamkan setelah sebelumnya menganut agama Budha, sedangkan dari etnis ayahnya ia berasal dari etnis yang beragam dari mulai Arab, India, Persia. Sehingga dari perpaduan etnis-etnis itu lahirlah banyak putri Champa yang terkenal akan kecantikannya, begitu cantiknya putri champa itu sampai-sampai setiap Raja atau Sultan Di Nusantara akan bangga bila mampu mempersunting diantara putri Champa tersebut. Diantara sekian orang yang beruntung adalah Brawijaya 5 raja Majapahit, yang berhasil mempersunting Ibunda Raden fatah ini. Ibunda Raden fatah ini sendiri terkenal akan kecantikan dan parasnya, Untuk mempersunting ibunda Raden fatah ini, Brawijaya 5 pun tidak mudah. Perlu diketahui sebelum Brawijaya 5 berhasil mempersunting ibunda Raden Fatah, ibunda Raden Fatah itu masih menjadi istri orang lain, itu karena Raja Champa Abdullah Umdatuddin adalah suami dari Ibunda Raden Fatah!, lho kenapa bisa demikian? Brawijaya 5 mendapatkan putri Champa ini karena putri Champa ini telah BERCERAI dengan raja Champa Abdullah Umdatuddin.

Setelah bercerai dengan raja Champa atas Saran Sunan Ampel, Ibunda Raden Fatah disuruh menikahi Raja Brawijaya 5 dan ini juga disetujui oleh Abdullah Umdatuddin yang saat itu usianya sudah 91 tahun. Tentu pertimbangan memberi pilihan jodoh Syarifah Zaenab kepada kepada Brawijaya V yang dilakukan oleh Sunan Ampel dan Abdullah sudah pasti memiliki, firasat serta alasan yang sangat kuat dan memiliki kepentingan jangka panjang untuk kepentingan yang lebih besar bagi semua fihak. Rasanya pemilihan Brawijaya 5 bakal calon Syarifah Zaenab tentu sudah dipertimbangkan matang-matang baik serta dengan berbagai resiko kedepannya. Saat itu Abdullah Umdatuddin sudah sangat tua dan ia khawatir tidak bisa mengurus ibunda Raden fatah yang usianya cukup jauh jaraknya dibandingkan dengan Abdullah Umdatuddin yang sudah mulai sakit-sakitan dan sepertinya sudah mendekati detik-detik kematian, sehingga akhirnya Abdullah Umdatuddin menceraikan Syarifah Zaenab. Ibunda Raden fatah saat bercerai dengan Abdullah Umdatuddin beliau telah melahirkan Raden Fatah. Perlu dicatat Syarifah Zaenab ini dicerai tidak dalam kondisi hamil, ia melahirkan dulu, setelah melahirkan dan melewati masa nifas dan kemudian kesehatannya stabil, lalu Raden fatah sudah mulai disusui, proses perceraian dilakukan dengan baik-baik.

Ibunda Raden Fatah yang telah melahirkan Raden fatah akhirnya bersama dengan Sunan Ampel serta wali-wali lainnya berangkat menuju Majapahit untuk mengikat tali pernikahan dengan Brawijaya 5. dan tidak lama saat mereka menuju Majapahit, Abdullah Umdatuddin ayah kandung Raden Fatah wafat. Raden Fatah telah menjadi yatim! dan ini yang membuat perasaan Syarifah Zaenab bertambah sedih, namun para wali tidak membiarkan hal ini berlarut, walaupun dengan perasaan yang sedih Syarifah Zaenab dengan Raden fatah kecil tetap berangkat dalam jumlah rombongan kapal yang banyak diiringi dengan Pasukan dan beberapa pembesar Champa menuju Majapahit. Syarifah Zaenab yang usianya saat itu masih muda (19 tahun ) harus membawa anak yang masih bayi dalam menghadapi sebuah kehidupan yang baru dari kehidupan lamanya..Ia harus melalui lautan luas, tangisan bayi, dan meninggalkan statusnya yang terhormat sebagai istri seorang raja besar, namun karena demi sebuah kepentingan yang lebih besar yaitu demi tegaknya agama Islam, maka ia dengan rela dan ikhlas mempertaruhkan statusnya sebagai istri seorang raja dan statusnya sebagai seorang Syarifah, ia harus mempertaruhkan statusnya demi masa depan Nusantara dengan agama Islam.

Sunan Ampel dalam kasus Syarifah Zaenab ini sepertinya sudah mempunyai pandangan jauh kedepan bahwa dengan pernikahan ini agama Islam di bumi Nusantara akan bergema dan menyebar lebih cepat. Untuk menikah dengan seorang raja yang masih dianggap sebagian besar orang beragama Hindu bukanlah perkara yang mudah. Konsep Kafa'ah dalam ahlul bait sangat ketat, tidaklah sembarangan menikahkah seorang syarifah dengan orang yang bukan Sayyid apalagi ini seorang yang dianggap masih beragama Hindu atau mualaf, apalagi dalil konsep kafa'ah memang kuat, namun dalam hal ini Sunan Ampel sepertinya mengambil jalan tengah bahwa pernikahan antara Brawijaya 5 dengan Syarifah Zaenab ini mengambil dalil yang lain yang merupakan penyeimbang dari dalil tentang Kafaah, apalagi saat itu Brawijaya sebenarnya sudah masuk Islam, namun karena dia adalah seorang raja yang cukup dihormati rakyatnya, keberadaan tentang keislamannya masih disembunyikan, apalagi dia masih dianggap rakyatnya sebagai perwujudan dewa. Rupanya firasat Sunan Ampel benar, setelah pernikahan Brawijaya 5 dan Syarifah Zaenab islam makin berkembang dengan pesat dan menyebar tidak hanya di Jawa bahkan juga menyebar dibeberapa wilayah Nusantara, inilah yang menyebabkan banyak fihak pembesar Majapahit dan juga beberapa istri Brawijaya 5 tidak senang dengan keberadaan para wali dengan agama Islamnya yang sangat cepat menyebar bagaikan cendawan di musim hujan.

Kebencian dan ketidak senangan makin bertambah apalagi kepada Ibunda Raden fatah ini, disamping karena ia cantik dan muda, perhatian Brawijaya 5 kepada Syarifah Zaenab ini memang luar biasa, apalagi istrinya sangat setia dan mampu mengambil hati Brawijaya 5 dan senantiasa mengajarkan agama Islam kepada Brawijaya terus menerus, dahaga ilmu tentang Islam pada brawijaya 5 dapat ia peroleh dari istrinya ini. Perhatian Brawijaya kepada istrinya yang muda ini betul-betul membuat iri permaisuri yang lain. keirian mereka karena Syarifah Zaenab disamping sebagai seorang wanita yang cantik parasnya ternyata beliau juga adalah wanita yang cerdas dan sangat faham ilmu agama dan ketatanegaraan karena ia juga dididik oleh para wali seperti Sunan Ampel, sehingga tidak heran setelah pernikahan ini, peran Sunan Ampel yang dulu sering mengajarkan Islam kepada brawijaya 5 digantikan oleh istrinya. Kelebihan yang dimiliki Syarifah Zaenab ini tentu sangat disenangi oleh Brawijaya 5 ini, sehingga rasa sayang Brawijaya 5 terhadap Ibunda Raden fatah melebihi kasih sayang kepada istri-istri yang lain.

Seperti yang sudah dikatakan diatas, betapapun baik dan setianya Syarifah Zaenab terhadap Brawijaya, namun ternyata banyak fihak yang sangat membencinya makin terus mengintai, apalagi kasih sayang Brawijaya kepada Raden fatah sangat luar biasa sekali, padahal anak-anak Brawijaya sebenarnya banyak sekali namun Raden Fatah betul-betul sudah dianggap seperti anak kandungnya sendiri dan inilah yang nantinya menyebabkan banyak orang mengatakan bahwa Brawijaya 5 adalah ayah raden fatah. Kasih sayang seorang Brawijaya 5 ini betul-betul murni seperti seorang ayah kandung, Raden Fatah betul-betul menjadi anak emas Brawijaya 5, padahal sesungguhnya ia adalah anak tiri. Kasih Sayang seorang Brawijaya 5 ini tidaklah salah, karena sebelum kematian ayah Raden fatah yaitu Abdullah Umdatuddin, Brawijaya mendapat titipan dan amanah dari Abdullah Umdatuddin yang juga dianggapnya sudah seperti seorang kakak, sahabat yang baik dan juga sekutunya untuk mau menjaga dan mendidik Raden fatah seperti anak kandungnya sendiri. dan wasiat itupun dilaksanakan Brawijaya 5 dengan penuh ikhlas dan tanpa pamrih. Namun kasih sayang seorang Brawijaya 5 tidaklah lama, karena fihak pembesar Majapahit dan juga beberapa istri Brawijaya yang cemburu tidak menginginkan keberadaan Syarifah zaenab dan Raden fatah untuk berlama-lama di Majapahit. Kenyataan ini membuat Brawijaya 5 serba salah, disatu sisi ia sangat mencintai istrinya yang cukup baik ahlaknya serta Brawijaya sangat sayang sekali dengan Raden fatah, apalagi paras Raden fatah sangat tampan, dan Brawijaya juga menaruh harapan yang besar pada anak tirinya ini, namun disisi lain sebagai seorang raja ia juga harus memikirkan bangsawan atau istri yang lainnya.

Sebagai seorang raja yang bijak sudah tentu ia harus mencari keputusan yang terbaik, dan keputusan itu adalah dengan menceraikan istrinya Syarifah Zaenab itu. Tentu keputusan ini adalah sebuah keputusan yang tidak mudah dan sangat berat. Brawijaya 5 yang saat itu sudah sering sakit-sakitan masih sangat mencintai Syarifah Zaenab apalagi kepada Raden Fatah kecil yang sedang lucu lucunya dan membutuhkan kasih sayang seorang ayah, ia sangat faham sekali bagaimana perasaan seorang anak yang akan berpisah dengan orangtuanya. Namun akhirnya setelah melakukan perenungan yang mendalam dan melihat kondisi dan lingkungan majapahit yang tidak nyaman baik dari segi politik maupun keamanan dan sosial, maka seperti yang sudah tertulis tadi, Brawijaya 5 dengan perasaan berat hati menceraikan istrinya yang setia dan taat ini. Dan yang lebih menyedihkan lagi buat Brawijaya 5 perceraian ini terjadi tanpa adanya anak yang lahir dari rahim Syarifah Zaenab. Ya....Brawijaya 5 tidak memiliki anak dari rahim Syarifah Zaenab, makanya untuk mengobati rasa kecewa karena tidak mendapatkan pelanjut nasab dari rahim Syarifah Zaenab itu, Brawijaya 5 sangat mencintai betul Raden Fatah, seolah-olah Raden Fatah adalah seperti anaknya sendiri karena beliau tidak memperoleh anak dari Syarifah Zaenab. Kasih sayang dari Brawijaya 5 terhadap Syarifah Zaenab dan Raden Fatah kecil ini lambat laun menjadi api dalam sekam pada keluarga besar Brawijaya 5 atau Bree Kertabumi ini. Banyak fihak yang kurang senang dengan kehadiran ibu dan anak ini dan seperti yang sudah diuraikan tadi tersingkirlah mereka berdua dari lingkungan Keraton Majapahit. Ibunda Raden fatah terceraikan dan mau tidak mau Syarifah Zaenab dan Raden Fatah harus keluar dari Bumi Majapahit.


Untuk yang kedua kali ibunda Raden Fatah manjadi janda. sedihkah beliau? sebagai wanita ia tentu ia sangat bersedih sekali karena untuk yang kedua kalinya ia menjadi janda, dan lebih menyedihkan lagi ia harus keluar dari istana majapahit bersama anaknya Raden Fatah yang masih kecil. Namun sebagai wanita yang sudah merasakan pedihnya kehidupan seperti ini ibunda Raden fatah tidaklah patah semangat, masih ada harapan hidup yang lebih baik, apalagi bila melihat anaknya yang masih kecil dan butuh kasih sayangnya ibunda Raden fatah tergerak hatinya untuk terus mencari kehidupan yang lebih baik dan normal. Brawijaya 5 sebagai seorang raja tidak membiarkan mantan istrinya sengsara, iapun sangat memikirkan nasib masa depan mantan istri dan anak tiri yang sangat ia cintai itu, oleh karenanya ia memilih orang yang terbaik untuk bisa menjaga mantan istrinya dan juga bisa memelihara Raden Fatah dengan ikhlas, jatuhlah pilihan nama Aria Damar yang merupakan bawahannya di Palembang untuk direkomendasikan menjadi suami Syarifah Zaenab. Ia memilih Aria Damar karena Aria Damar adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan sangat dicintai rakyat Palembang. Ahlak seorang aria Damar sudah lama terdengar ditelinga Brawijaya 5. Makanya dibanding bangsawan Majapahit lain, Aria Damar adalah bangsawan Majapahit yang paling terbaik, terutama pada pretasi pemerintahannya yang telah berjalan sukses di Palembang dan ia juga tipe pemimpin yang peduli kepada rakyatnya. Dan Aria Damar juga perawakannya cukup tampan dan gagah sebagai bangsawan. tentunya Brawijayapun tidak akan sembarangan untuk menyerahkan mantan istrinya kepada sembarang orang, apalagi dia tahu persis bagaimana ahklak dari Syarifah Zaenab yang betul-betul mencerminkan wanita muslimah yang baik dan mampu menjaga kehormatan dirinya. Maka diputuskanlah mantan istri Brawijjaya 5 ini diserahkan kepada Aria Damar untuk dinikahi. Dan langkah Brawijaya 5 ini ternyata tepat sekali, karena pasca diserahkannya mantan istrinya dan Anak tirinya (raden fatah) beberapa tahun kemudian Keraton Majapahit yang ibukotanya ada Mojokerto diserang dan dihancurleburkan oleh menantunya sendiri yang bernama DYAH RANAWIJAYA, sehingga menyebabkan Brawijaya 5 tersingkir dari singgasananya dan ibukotanya Majapahit berpindah dari Mojokerto ke Daha. Semua harta Majapahit serta pusaka-pusaka penting dijarah dan dibawa ke Daha. Di Daha justru Dyah Ranawijaya ini mendirikan Majapahit yang baru dan ia mengangkat dirinya menjadi Prabu Brawijaya 6 atau terkadang menamakan dirinya dengan gelar PRABU GIRINDRAWARDANA.


Tindakan Brawijaya menyerahkan mantan istri dan anaknya kepada ARIA DAMAR adalah benar dan tepat. Firasatnya sebagai seorang pemimpin yang bisa membaca situasi dan matang pengalaman ternyata betul-betul teruji, bisa dibayangkan bila Brawijaya 5 masih mempertahankan keberadaan Syarifah Zaenab dan istrinya di Istana Majapahit, maka bukan tidak mungkin Kesultanan Demak tidak akan pernah berdiri, bukan tidak mungkin Syarifah Zaenab dan Raden Fatah akan terbunuh dan musnah dari kehidupan di Majapahit dan Kesultanan Demak tidak pernah ada, takdir mengatakan bahwa Syarifah Zaenab dan Raden Fatah harus menyingkir dan keluar dari Majapahit demi masa depan yang lebih baik dan itu melewati tangan dari Brawijaya 5. ALLAH punya cara dalam mengatur sebuah rencana. Selamatlah nasib dari Syarifah Zaenab dan Raden Fatah dari adanya orang-orang yang akan mengancam nyawa mereka, dan itu sekali lagi berkat jasa Brawijaya 5 yang sampai wafatnya Raden Fatah masih menghormati dan masih menganggap dirinya sebagai seorang yang ayah tiri yang paling berjasa dalam mendidik dan mejaga Raden Fatah, dan ini terbukti selama Brawijaya 5 memerintah Majapahit dieranya, tidak sekalipun Raden Fatah menyerang atau neko-neko terhadap Majapahit. Brawijaya 5 pun sangat toleran sekali terhadap kelangsungan dakwah para wali dan justru membiarkan Demak makin berkembang dan makin maju, apalagi yang mendirikan kota Demak adalah anak yang pernah ditimangnya..Brawijaya 5 membiarkan itu semua karena pada dasarnya beliau telah menjadi seorang muslim walaupun yang tahu beliau muslim hanya beberapa gelintir orang saja, keimanan dan kemusliman beliau biarlah hanya Allah yang menentukan kebenarannya. Namun jasanya yang telah menyelamatkan masa depan Syarifah Zaenab dan Raden Fatah wajib kita hormati dan kagumi, ia seolah-olah seperti Abu Thalib yang berhasil melindungi Rasulullah namun keimanannya sampai saat ini masih menjadi perdebatan . Biarlah keimanan Brawijaya 5 hanya Allah yang menentukan kebenarannya..


Setelah semua persiapan dilakukan akhinrya Ibunda Raden fatah berangkat menuju Palembang dengan diiringi pasukan Majaphit dan beberapa orang pembesar Majapahit yang ditugaskan oleh Brawijaya 5 untuk menjaga mereka sampai tiba di wilayah Palembang. Perasaan Brawijaya 5 betul-betul berat, kondisinya yang sakit-sakitan bertambah parah dengan perpisahan dengan mantan istri dan anak tirinya yang sangat ia cintai..Ibunda Raden fatah yang juga tahu perasaan Brawijaya 5 bisa memaklumi apa yang telah diputuskan oleh Raja yang bijaksana itu..Namun demi kepentingan diri dan anaknya, Syarifah Zaenab akhirnya berangkat menuju Palembang. Iapun juga sudah mendengar bahwa Aria Damar adalah orang yang ahlaknya baik dan terkenal dekat dengan rakyat. Aria Damarpun usianya juga masih muda namun ia juga seorang yang bijaksana. Dengan Kondisi seperti ini ibunda Raden fatahpun tidak berkeberatan untuk menikah dengan Aria Damar. Apalagi kondisi Palembang saat itu sangat kondusif dan sangat cocok untuk mendidik Raden Fatah. Palembang adalah sebuah tempat yang sangat menjanjikan untuk masa depan seorang Sultan besar kelak. Dan sekali lagi, dalam kondisi seperti ini masih saja fitnah berdatangan kepada Syarifah Zaenab dan anaknya Raden Fatah karena telah beredar cerita bahwa ketika Syarifah Zaenab diserahkan kepada Aria Damar, Syarifah Zaenab dikatakan masih dalam kondisi hamil, padahal saat beliau diserahkan, beliau Syarifah Zaenab dalam kondisi suci dan Raden fatah telah lahir, bahkan ada cerita yang mengatakan bahwa Syarifah Zaenab adalah gundik dan Raden Fatah adalah anak haram. Cerita ini menunjukkan bahwa fitnah terhadap Syarifah Zaenab masih terus menghantam kepada wanita yang tabah dan sabar ini. Marahkah Syarifah Zaenab terhadap fitnah ini ?? tidak! beliau tetap sabar bahkan terus beribadah dan berzikir dan terus bersemangat dalam menjalani hidup, bagi beliau fitnah seperti itu tidak akan membuat Syarifah Zaenab goyah, beliau sudah biasa difitnah dan diperlakukan seperti itu semenjak di majapahit. Dan Brawijaya 5 lah yang sering membela dan menghibur hatinya tatkala ia mendapat tekanan dan rintangan dari siapapun. Dan Syarifah Zaenab juga tahu bahwa mereka orang orang yang tidak senang kepada Syarifah Zaenab tujuannya adalah ingin menghancurkan dirinya dan agama Islam dengan mengatakan bahwa seolah-olah Islam adalah agama yang Zhalim karena telah mempelakukan perempuan semena-mena, yaitu ketika wanita itu hamil tapi bisa dicerai seenaknya bahkan diserahkan kepada orang lain. Seolah-olah Islam adalah agama yang memandang murah wanita, padahal Syarifah Zaenab adalah wanita yang dimuliakan Brawijaya dan ketika menikah dengan aria damar dia dalam kondisi suci. Lagi-lagi badai kehidupan menghantam ibu dan anak ini.


Di tanah Palembang inilah Syarifah Zaenab bersama suami ketiganya mendidik Raden Fatah dengan kasih sayang yang luar biasa. lagi-lagi Raden fatah mendapatkan orangtua yang bijaksana dan sangat cinta walaupun Raden Fatah bukan anak kandung Aria Damar namun Aria Damar memperlakukan Raden Fatah mirip dengan Brawijaya 5. Aria Damar memang tipikal pemimpin yang bijaksana, ia bijak terhadap rakyat dan juga bijak terhadap anak tirinya ini. Cintanya Aria Damar terhadap Raden Fatah ini sudah sangat Mahsyur, bahkan Aria Damar menginginkan kelak Raden Fatah ini menggantikan dirinya. Aria Damar berfikir seperti itu karena ia sudah melihat bakat-bakat kepemimpinan dari Raden fatah.


Dari Pernikahan ketiga Syarifah Zaenab dengan Aria Damar ini lahirlah seorang anak yang diberi nama Raden Husein. Raden Husein sendiri juga sangat mencintai kakak tirinya itu. Raden Fatah dan Raden Husein adalah dua serangkai yang diharapkan menjadi pengganti Aria Damar kelak. Ibunda Raden Fatah yang merupakan istri dari seorang penguasapun tidak sedikit jasanya dalam menjaga dan mendidik anaknya ini..Pengorbanannya mengarungi lautan, pengorbananannya meninggalkan istana, pengorbanannya untuk mengalah dari keadaan, pengorbananan dan kesabarannya dalam menghadapi fitnah-fitnah yang kejam, pengorbanannya untuk berpindah dari satu tempat ketempat lain, sangatlah patut dikenang oleh semua orang sebagai seorang wanita dan ibu yang tangguh dan luar biasa..tidak mudah merubah kehidupan dari hidup yang bergelimang harta dan kehormatan menjadi wanita yang statusnya turun derajat, tidak mudah menjaga seorang anak yang masih kecil yang banyak menjadi incaran kaum yang membencinya, tidak mudah berpisah dengan suami-suami yang baik, baginya mudah sebenarnya kalau ingin mencari suami, karena saat itu banyak yang tahu kalau ibunda Raden Fatah ini terkenal akan kecantikannya, namun dia tidak sembarangan dalam menerima lamaran setiap laki-laki, dan Brawijaya 5 tahu persis bagaimana sikap dan ahlak dari mantan istrinya ini, dan dia adalah wanita yang mulia, dia lebih memikirkan masa depan anaknya, dan Allah menjawab itu semua...Kelak beberapa puluh tahun kemudian anaknya yang pada masa kecilnya bernama Raden Hasan menjadi seorang Sultan besar pada sebuah Kesultanan Islam yang besar di Pulau Jawa yang bernama Kesultanan demak dengan nama Sultannya yaitu RADEN FATAH. Dan Dari Raden Fatah inilah kelak akan lahir-lahir Sultan-sultan yang memerintah di Tanah Jawa dan Palembang. Dari Raden Fatah inilah kelak akan lahir para ulama-ulama serta orang-orang penting di negara ini..

Semua yang terjadi tersebut adalah berkat jasa seorang wanita yang tangguh, Srikandi yang tabah, wanita yang mampu menjaga harga dirinya dari fitnah, dan merupakan ibu dari Sultan-sultan yang legendaris....Semoga cerita membuat kita lebih bisa menghargai ibu kita dengan sebenar benarnya kasih sayang, dan kita bisa mencontoh itu dari cerita Ibunda Raden Fatah yang bernama Syarifah Zaenab binti Ibrahim Zaenudin Al Akbar Asmorokondi Azmatkhan.....

No comments:

Post a Comment

Pages