Tentang Atlantis




Hingga saat ini, Atlantis tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah manusia. Sebagian ahli menyebutnya sebagai mitos, lainnya menganggap itu kenyataan sejarah yang belum bisa diungkap oleh umat manusia. Lokasi tenggelamnya Atlantis menjadi inti perdebatan selama berabad-abad. Berbagai teori dan spekulasi muncul mengenai lokasi tenggelamnya. Lopez de Gomara menyatakan Atlantis terletak di Amerika. Kemudian tiga orang sejarawan Maya, Abbe Brasseur de Bourbourg, Augustus Le Plongeon dan Edward Herbert Thompson yang percaya bahwa orang-orang Indian Maya adalah keturunan langsung dari orang-orang Atlantis. Sebagian lagi mengangkat teori arkeolog Yunani Spyridon Marinatos yang menyatakan mitos Atlantis diambil dari kisah tenggelamnya Pulau Thera dekat Pulau Creta, Yunani.

Teori lainnya berasal dari William Lauritzen seorang Amerika yang coba menyelidiki keberadaan Atlantis secara komparatif dengan menautkan semua disiplin ilmu. Ilmuan itu berani memberikan hipotesa bahwa benua Atlantis yang tenggelam itu berada di lautan Nusantara. (lainnya….)

Jadi dimanakah Atlantis sesungguhnya tenggelam???
Berdasarkan cerita Plato, Atlantis merupakan negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Dasar inilah yang menjadi salah satu teori Santos mengenai keberadaan Atlantis di Indonesia. Perlu dicatat bahwa Atlantis berjaya saat sebagian besar dunia masih diselimuti es di mana temperatur bumi kala itu diperkirakan lebih dingin 15 derajat Celsius daripada sekarang. Wilayah yang bermandi sinar matahari sepanjang waktu pastilah berada di garis khatulistiwa dan Indonesia memiliki prasyarat untuk itu. Dalam cerita yang dituturkan Plato, Atlantis juga digambarkan menjadi pusat peradaban dunia dari budaya, kekayaan alam, ilmu/teknologi, bahasa, dan lain-lain.

Atlantis adalah misteri terbesar tentang sebuah tempat yang tidak pernah terjamah oleh manusia modern. Bentangan daratan dengan peradaban tinggi yang tenggelam beberapa ribu tahun silam. Pada akhirnya Atlantis dikenang sebagai mitos, bahan penting untuk terus mereproduksi kisah dan tragedi lewat buku dan film.

Satu-satunya sumber mengenai keberadaan Atlantis berasal dari kitab karanganPlato, Timeaus and Critias yang ditulis 360 SM. Cerita tentang Atlantis ia dapatkan dari kisah perjalanan Solon ke kota Sais yang terletak pada distrik Sais, Mesir Kuno. Para pendeta di kota itu bercerita tentang sejarah yang telah dilupakan oleh orang-orang Yunani tentang sebuah bangsa besar yang pernah menyerang nenek moyang mereka ribuan tahun yang lalu. Selama tiga abad setelah kematian Solon, cerita itu terpendam begitu saja hingga Plato mengungkapkannya lagi dalam bentuk dialog. Di dalam Timeaus and Critias, Plato menceritakan tentang asal usul negeri Atlantis, sistem pemerintahan, ritual serta bagaimana banjir dan gempa besar menelan negeri dan perabadan itu sembilan ribu tahun sebelum masa hidup Plato. Plato tidak menjelaskan dimana posisi peradaban yang tenggelam itu. Ia hanya menjelaskan bahwa bentangan neger itu sama luasnya dengan gabungan Libya dan Asia Minor dimana di depannya tepat menghadap selat yang disebut sebagai Pillar Hercules.



Plato juga menceritakan negara Atlantis yang kaya dengan bahan mineral serta memiliki sistem bercocok tanam yang sangat maju. Merujuk cerita Plato, wilayah Atlantis haruslah berada di daerah yang diyakini beriklim tropis yang memungkinkan adanya banyak bahan mineral dan pertanian yang maju karena sistem bercocok tanam yang maju hanya akan tumbuh di daerah yang didukung iklim yang tepat seperti iklim tropis. Kekayaan Indonesia termasuk rempah-rempah menjadi kemungkinan lain akan keberadaan Atlantis di wilayah Nusantara ini. Kemasyhuran Indonesia sebagai surga rempah dan mineral bahkan kemudian dicari-cari Dunia Barat.

Setelah puluhan wilayah sebelumnya tidak juga memberi bukti valid, Indonesia kini disebut-sebut sebagai tempat Atlantis sesungguhnya, sebuah surga dunia yang tenggelam dalam waktu sehari semalam. Di antara begitu banyak pakar yang meyakini Atlantis berada di Indonesia adalah Profesor Arysio Santos. Geolog dan fisikawan nuklir asal Brasil ini melakukan penelitian selama 30 tahun untuk meneliti keberadaan Atlantis. Lewat bukunya, Atlantis: The Lost Continent Finally Found, Santos memberikan sejumlah paparan serta analisisnya. Santos menelusur lokasi Atlantis berdasarkan pendekatan ilmu geologi, astronomi, paleontologi, arkeologi, linguistik, etnologi, dan comparative mythology.

Berdasarkan penelitian, gen yang dimiliki penduduk asli Natuna mirip dengan bangsa Austronesia tertua. Rumpun bangsa Austronesia yang menjadi cikal bakal bangsa-bangsa Asia merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah keberadaan manusia. Rumpun ini kini tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Rumpun bangsa ini juga melahirkan 1.200 bahasa yang kini tersebar di berbagai belahan bumi dan dipakai lebih dari 300 juta orang. Yang menarik, 80 persen dari rumpun penutur bahasa Austronesia tinggal di Kepulauan Nusantara Indonesia. Namun, pendapat Santos dkk yang meyakini bahwa Atlantis berada di Indonesia ini masih harus dikaji karena kurang dilengkapi bukti-bukti.

No comments:

Post a Comment

Pages