Nyoman Gunarsa Maestro Sanggar Dewata

Drs.Nyoman Gunarsa
Drs.Nyoman Gunarsa

I Nyoman Gunarsa adalah salah seorang seniman yang ternama yang berasal dari Bali. Karya Lukisannya di dasari oleh cerita rakyat Bali, dan legenda Hindu Dharma. Hal tersebut yang membuat gaya melukisnya berbeda dari yang lain. Karya-karyanya berdasarkan eksplorasinya dari kesenian Bali, seperti tarian tradisional, musik tradisional, upacara keagaman, dan keanekaragaman lingkungan yang mempengaruhi banyak seniman yang berasal dari Bali dan Indonesia. Kesuksesan yang diraihnya tidak didapat dengan mudah, ia meraihnya dengan penuh perjuangan. Alumnus dari ASRI Yogyakarta ini memulai karirnya sebagai tenaga pengajar di institut yang membesarkannya.
Nyoman Gunarsa telah berkiprah sejak tahun 1960 sebagai pelukis. Ia belajar pada para pelukis utama Indonesia, khususnya yang berada di ASRI Yogyakarta. Guru utamanya adalah pelukis legendaris, Fadjar Sidik.

Darinya ia mewarisi spontanitas yang luar biasa. Garisnya yang bebas, liar namun tetap mengingat kontrol yang tinggi adalah keterampilan yang sulit dicapai oleh kebanyakan pelukis. Penempatan ruang, proporsi, dan komposisi yang spontan, namun penuh pertimbangan intuisi menyebabkan Gunarsa menjadi sosok yang mumpuni.
- See more at: http://mikkesusanto.jogjanews.com/karya-karya-performa-berkarya-nyoman-gunarsa.html#sthash.Qrw1qmOi.dpuf

Berikut karya karya Lukis beliau:


Lukisan karya Gunarsa sangat khas dengan gaya abstarak ekspresionis yang bertemakan kebudayan khas Bali.Karyanya melukiskan berbagai realita kehidupan cerita rakyat Bali dan Hindu Dharma.
Semua karya karya tersebut didasari dari pengalaman pengalaman dan eksplorasinya terhadap kesenian bali seperti tarian tradisional,upacara keagaman atau musik tradisional.Dan keanekaragaman budaya Bali.
Nyoman Gunarsa memperkaya sejarah seni rupa modern Indonesia. Dia tercatat sebagai pendiri Sanggar Dewata Indonesia (SDI) pada 1970, kala itu berstatus sebagai dosen Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia  (STSRI) dan Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta. Terakhir menjadi Institute Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.  Sanggar Dewata terbentuk ditengah perkembangan seni rupa modern, dan  riuhnya polemik [kubu-kubu seniman]  di Bandung, Yogyakarta dan Jakarta. Berdirinya Sanggar Dewata sebagai sanggar yang bersifat terbuka, universal, dan nasionalis,  mengusung konsep lokal universal.
M. Dwi Marianto, kurator cuma dosen ISI Yogyakarta menulis makalah ilmiah, “Dari Kritisisme Persagi sampai Permasalahan HAKI, Nyoman Gunarsa Sepenggal Sejarah Seni Rupa Modern Indonesia”. Dwi berpendapat, pengaruh politik setelah dibersihkannya Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada masa Orde Baru, karya-karya abstrak, geometris, muncul kembali mewarnai perwajahan seni rupa modern Indonesia dengan tokoh-tokoh antara lain: Amri Yahya, Bagong Kusudiardjo, Mochtar Apin, Abas Alibasyah, dan Fajar Sidik.
Selain Affandi, Fajar Sidik, maestro sekaligus guru yang memengaruhi perkembangan seni lukis Gunarsa.  “Pertengahan 1970-an, Nyoman merupakan pelukis beraliran realis. Namun semenjak 1976 sampai sekarang, dia beralih menjadi gaya ekspresionistik, ”ujar Mikke Susanto. Mikke hadir sebagai ketua panitia sekaligus kurator pameran lukisan dalam rangka pengukuhan DR. HC. Nyoman Gunarsa dari Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dalam konferensi pers yang digelar Rabu, 11 Juli.
Karya-karya ekspresionistik perupa kelahiran Klungkung 68 silam, lebih dikenal dengan tema-tema lukisan perempuan penari bali dan seremoni upacara adat Bali. Era 1980-an, Gunarsa terkenal sebagai seniman selebritis yang pertama kali mengalami booming lukisan di Yogyakarta. Dia juga terpilih sebagai bintang iklan Mastercard pada 1992, dan kartu kredit pertama yang keluar di Indonesia serba dioperasikan dalam jaringan internasional yang berpusat di New York.
- See more at: http://satulingkar.com/detail/read/8/1101/pencapaian-maestro-lukis-nyoman-gunarsa#sthash.EAnJ58vS.dpuf
























Sepanjang kariernya pelukis Nyoman Gunarsa telah melalui enam fase proses kreatifnya yaitu Akademis,Persembahan,Aringgit,Penari,Moksa dan Pascamoksa.Fase akademis berlangsung ketika dia masih menjalani studi di akademi Seni Rupa Indonesia.Dalam fase ini Nyoman Gunarsa banyak menghasilkan karya sketsa dan figuratif.

Periode selanjutnya banyak di dominasi motif persembahan.Fase Aringgit mengekploitasi wayang Bali.Demikian pula halnya dengan fase penari.Sedang fase moksa adalah fase penting setelah Nyoman Gunarsa sakit.
Nyoman Gunarsa memperkaya sejarah seni rupa modern Indonesia. Dia tercatat sebagai pendiri Sanggar Dewata Indonesia (SDI) pada 1970, kala itu berstatus sebagai dosen Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia  (STSRI) dan Akademi Seni Rupa (ASRI) Yogyakarta. Terakhir menjadi Institute Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.  Sanggar Dewata terbentuk ditengah perkembangan seni rupa modern, dan  riuhnya polemik [kubu-kubu seniman]  di Bandung, Yogyakarta dan Jakarta. Berdirinya Sanggar Dewata sebagai sanggar yang bersifat terbuka, universal, dan nasionalis,  mengusung konsep lokal universal.
M. Dwi Marianto, kurator cuma dosen ISI Yogyakarta menulis makalah ilmiah, “Dari Kritisisme Persagi sampai Permasalahan HAKI, Nyoman Gunarsa Sepenggal Sejarah Seni Rupa Modern Indonesia”. Dwi berpendapat, pengaruh politik setelah dibersihkannya Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) pada masa Orde Baru, karya-karya abstrak, geometris, muncul kembali mewarnai perwajahan seni rupa modern Indonesia dengan tokoh-tokoh antara lain: Amri Yahya, Bagong Kusudiardjo, Mochtar Apin, Abas Alibasyah, dan Fajar Sidik.
Selain Affandi, Fajar Sidik, maestro sekaligus guru yang memengaruhi perkembangan seni lukis Gunarsa.  “Pertengahan 1970-an, Nyoman merupakan pelukis beraliran realis. Namun semenjak 1976 sampai sekarang, dia beralih menjadi gaya ekspresionistik, ”ujar Mikke Susanto. Mikke hadir sebagai ketua panitia sekaligus kurator pameran lukisan dalam rangka pengukuhan DR. HC. Nyoman Gunarsa dari Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta dalam konferensi pers yang digelar Rabu, 11 Juli.
Karya-karya ekspresionistik perupa kelahiran Klungkung 68 silam, lebih dikenal dengan tema-tema lukisan perempuan penari bali dan seremoni upacara adat Bali. Era 1980-an, Gunarsa terkenal sebagai seniman selebritis yang pertama kali mengalami booming lukisan di Yogyakarta. Dia juga terpilih sebagai bintang iklan Mastercard pada 1992, dan kartu kredit pertama yang keluar di Indonesia serba dioperasikan dalam jaringan internasional yang berpusat di New York.
- See more at: http://satulingkar.com/detail/read/8/1101/pencapaian-maestro-lukis-nyoman-gunarsa#sthash.EAnJ58vS.dpuf
Nyoman Gunarsa telah berkiprah sejak tahun 1960 sebagai pelukis. Ia belajar pada para pelukis utama Indonesia, khususnya yang berada di ASRI Yogyakarta. Guru utamanya adalah pelukis legendaris, Fadjar Sidik.

Darinya ia mewarisi spontanitas yang luar biasa. Garisnya yang bebas, liar namun tetap mengingat kontrol yang tinggi adalah keterampilan yang sulit dicapai oleh kebanyakan pelukis. Penempatan ruang, proporsi, dan komposisi yang spontan, namun penuh pertimbangan intuisi menyebabkan Gunarsa menjadi sosok yang mumpuni.
- See more at: http://mikkesusanto.jogjanews.com/karya-karya-performa-berkarya-nyoman-gunarsa.html#sthash.Qrw1qmOi.dpuf

No comments:

Post a Comment

Pages