Masjid Rahmat Kembang Kuning memang punya sejarah yang tertaut erat dengan misi dakwah dan kebesaran nama Sunan Ampel. Masjid ini, dari catatan lembaran sejarah dibangun pada pertengahan abad XV era awal keruntuhan Kerajaan Majapahit.
Menurut Kitab Pengging Teracah, Raja Brawijaya, penguasa Mojopahit memberikan ganjaran Ampilan tanah pada Samputoalang atau Raden Achmad Rahmatuliah nama asli Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di wilayah utara tanah kekuasaan Mojopahit. Dalam Perjalanan menyebarkan agama Islam di wilayah utara, Sunan Ampel disertai beberapa pengikut, diantaranya ada pengikut setianya bernama Ki Wirosaroyo. Ki Wirosaroyo sebelumnya beragama Hindu. Setelah masuk Islam Ki Wirosaroyo ikut perjalanan Sunan Ampel ke wilayah utara. Ki Wirosaroyo dipanggil Pak Karimah, atau lebih populer dengan sebutan Mbah Karimah (menurut tradisi Jawa, orang tua dipanggil dengan nama anak pertamanya). Kebetulan ia punya anak gadis bemama Karimah yang kemudian disunting Sunan Ampel. Dari hasil pemikahan ini, pasangan tersebut dikaruniai dua orang putri , yakni Siti Mustosima dan Siti Mustosiah. Lalu, dua putri Sunan Ampel ini, Siti Mustosima atau Dewi Mursimah, menikah dengan Sunan Kalijaga, sedangkan Siri Murtosiah atau juga disebut Dewi Murtasiah menikah dengan Sunan Giri.
Sesampai di Surabaya di Kademangan Cemoro Sewu, Sunan Ampel lebih dulu membangun tempat ibadah. Tempat ibadah yang didirikan Sunan Ampel bersama Ki Wirosaroyo ini, berbentuk musholla kecil berukuran sekitar 12×12 meter dan sekilas mirip cungkup. Lantainya menyerupai siti inggil yang menurut kepercayaan sangat pas untuk munajat pada Allah.
Konon Langgar ini dibangun hanya semalam dan di kawasan sekitar bangunan langgar banyak tumbuh bunga berwarna kuning, hingga pada pagi harinya masyarakat sangat terkejut dengan keberadaan langgar tersebut, maka masyarakat sekitar menyebutnya Langgar Tiban/Langgar Kembang Kuning, Langgar ini sudah direnovasi total jadi Masjid Rahmat. Renovasi total ini karena takut akan adanya pengkultusan yang dikhawatirkan mendekati sirik• Setelah itu, Sunan Ampel melanjutkan perjalanan menyebarkan agama Islam di wilayah Surabaya utara, sempat pula membangun tempat ibadah di kampung Penilih, setelah itu baru, Sunan Ampel membangun masjid di Ampel Dento yang dikenal dengan Masjid Ampel
No comments:
Post a Comment