Suku Dani adalah sebuah suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem
yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat / perkakas yang pada awal mula ditemukan
diketahui telah mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang
dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat
menggunakan kayu galian yang terkenal sangat kuat dan berat. Suku Dani
masih banyak mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari
kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari
rumput/serat dan tinggal di “honai-honai” (gubuk yang beratapkan
jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih
dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).
Sebagian masyarakat suku Dani menganut agama Kristen atas pengaruh
misionaris Eropa yang datang ke tempat itu dan mendirikan misi
misionarisnya ketika pada tahun sekitar 1935 pemerintahan Belanda
membangun kota Wamena. Kondisi geografis dari tempat tinggal Suku Dani
ini sendiri seperti halnya daerah pegunungan tengah di Papua, terdiri
dari gunung-gunung tinggi dan sebagian puncaknya bersalju dan
lembah-lembah yang luas. Kontur tanahnya sendiri terdiri dari tanah
berkapur dan granit dan disekitar lembah yang merupakan perpaduan dari
tanah berlumpur yang mengendap dengan tanah liat dan lempung.
Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan fauna
yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri
bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan
coraknya. Untuk budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani
penganut Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak
budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya
terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan nyanyian,
tarian dan persembahan terhadap nenek moyang. Peperangan dan permusuhan
biasanya terjadi karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita dan
pencurian.
Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak
babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan
bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng
senjata-senjata tradisional khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang
dan busur beserta anak panahnya.
Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah
kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan
atau kisah-kisah sedih untuk menyemangati dan juga perintang waktu
ketika mereka bekerja. Untuk alat musik yang mengiringi senandung atau
dendang ini sendiri adalah biasanya adalah alat musik pikon, yakni satu
alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka.
Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda
sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu.
Nama Dani sendiri sebenarnya bermakna orang asing, yaitu berasal dari
kata Ndani, tapi karena ada perubahan fenom N hilang dan menjadi Dani
saja. Suku Dani sendiri sebenarnya lebih senang disebut suku Parim. Suku
ini sangat menghormati nenek moyangnya dengan penghormatan mereka
biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi.
Untuk bahasa sendiri, suku Dani memiliki 3 sub bahasa ibu secara
keseluruhan, dan ketiganya termasuk bahasa-bahasa kuno yang kemudian
seiring perjalanan waktu, ketiga sub bahasa ibu ini pun memecah menjadi
berbagai varian yang dikenal sekarang ini di Papua. Sub bahasa ibu itu
adalah;
- Sub keluarga Wano
- Sub keluarga Dani Pusat yang terdri ataslogat Dani Barat dan logat lembah Besar Dugawa
- Sub keluarga Nggalik - Dugawa
Sistem Kepercayaan Suku Dani
Dasar kepercayaan suku Dani adalah seperti halnya diuraikan di atas
yakni menghormati roh nenek moyang dengan cara menyelenggarakan berbagai
ritual upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan /
keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek
moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak
laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :
- Kemampuan atau kekuatan untuk menyembuhkan penyakit
- Kemampuan atau kekuatan untuk menyuburkan tanah, dan
- Kemampuan atau kekuatan untuk menjaga ladang
Sistem Kekerabatan
Untuk sistem kekerabatan suku Dani mengenal tiga sistim yakni kelompok kekerabatan, paroh masyarakat dan kelompok territorial.
a. Kelompok kekerabatan
kelompok kekerabatan dari suku Dani yang terkecil adalah keluarga luas.
Keluarga luas ini sendiri terdiri dari dua atau tiga keluarga inti yang
tinggal bersama dalam satu rumah besar yang menyerupai kompleks dengan
sekat-sekat berupa pagar (lima) yang disebut slimo. Dalam sebuah desa di
Suku Dani terdapat 4 hingga 5 slimo dengan delapan hingga sepuluh
keluarga yang menghuni. Sistem pernikahan dari suku Dani adalah poligami
dan beberapa diantaranya poligini. Menurut mitologi, suku Dani berasal
dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di
sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak
bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku
Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety
/ dengan orang di luar Moety).
b. Paroh Masyarakat
Struktur bermasyarakat Suku Dani merupakan gabungan dari beberapa klan
kecil yang disebut ukul, dan klan besar yang disebut ukul oak.
c. Kelompok Teritorial
Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani
adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas
yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).
No comments:
Post a Comment