Wanita Di Balik Keberhasilan Dakwah Sunan Giri

Nyai Ageng Pinatih, merupakan tokoh wanita yang juga tak kalah penting dalam hal penyebaran agama Islam di Gresik. Nyai Ageng Pinatih merupakan ibu angkat dari Raden Paku atau Sunan Giri. Selain itu, Nyai Ageng Pinatih juga merupakan kakak dari Raden Rachmat atau Sunan Ampel.

Makam ini juga termasuk Makam Islam kuno, karena beliau adalah tokoh Islam seangkatan dan sekaligus *dalam versi lain beliau adalah kakak Raden Rachmat (Sunan Ampel)*. Yang disebut Sunan Gresik atau Sayid Murtadho yang datang ke Jawa menyertai ayahnya yang bernama Syech Ibrahim Asmarakandy untuk menyebarkan Agama Islam di Jawa.

Sebagai tokoh panutan dalam hal penyebaran agama Islam, Nyai Ageng Pinatih memiliki Rojo Pandito Wunut. Beliau meninggal pada tahun 1317 atau 1449 M.

Pada era kerajaan Majapahit, Wanita ini merupakan seorang saudagar kaya dan dihormati oleh raja dan diangkat sebagai Syah Bandar Gresik. Makam Nyai Ageng Pinatih terletak di desa bedilan, kelurahan Kebungson, sekitar 300 m arah utara alun-alun kota Gresik.

Meski hanya ibu angkat tapi beliau sangat berjasa karena berhasil mencetak seorang sunan yang menjadi pejuang Islam di kawasan itu. Maka tidak heran bila beliau juga berperan dalam perkembangan Islam di Kota Gresik-Jawa Timur.

Berdasarkan informasi yang dipasang di papan situs ada Sejarahwan Singapura bernama Chen Yu Sung menyatakan bahwa ayah Nyai Ageng Pinatih adalah utusan yang diangkat Kerajaan Majapahit di Palembang untuk mengurus masalah keagamaan dan administrasi setelah jatuhnya Kerajaan Sriwijaya.

Pada tahun 1407 masehi Dinasti Ming merestui dan memberi pengakuan bahwa beliau adalah agamawan dan negarawan di Palembang.

Setelah ayahanda Nyai Ageng Pinatih wafat jabatannya digantikan oleh anaknya yang kedua. Karena anaknya yang pertama seorang wanita bernama Pinatih. Kemudian Nyai Pinatih meninggalkan Palembang menuju Jawa.

Belum ada informasi yang jelas tentang siapa suami dan anak-anaknya. Ada yang mengatakan kalau beliau adalah janda yang kaya raya dan dermawan.

Nyai Ageng Pinatih memiliki banyak perahu. Karena kehebatannya hingga Kerajaan Majapahit bersimpati dan mengangkat beliau sebagai Syahbandar di Gresik.

Nyai Ageng Pinatih diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1413 Masehi


Sebagai tokoh panutan pada masanya beliau bergelar: “ROJO PANDITO WUNUT”. Wafat tahun 1317 Saka/1449 M dimakamkan di Desa Bedilan Kecamatan Gresik tidak jauh dari Makam Malik Ibrahim 100 m sebelah utara Aloo-aloon kota Gresik, sehingga sangat mudah di jangkau. Beliau kawin dengan putri Madura dan punya anak yang bernama Usman Haji. Usman Haji kawin lagi dengan putri Madura serta punya anak Dja’far Sodiq (Sunan Kudus). Haul beliau jatuh pada setiap tanggal 15 bulan Muharam.

Kompleks makam beliau terletak di Desa Bedilan, Kelurahan Kebungson-Gresik-Jawa Timur, beberapa ratus meter arah utara alun-alun kota Gresik.

Beliau menemukan bayi Sunan Giri pada tahun 1443 (setelah 30 tahun tinggal di Gresik). Menurut informasi yang terpasang di dinding situs makam, bayi Sunan Giri ditemukan oleh Syekh Muhammad Shobar dan Syekh Muhammad Shobir.

Sumber lain menyebutkan kalau anak buah (ABK kapal) Nyai Ageng Pinatilah yang menemukan di tengah samudra. Apakah anak buah Nyai Ageng Pinatih itu yang dimaksud pengelolah situs makam dengan Syekh Muhammad Shobar dan Shobir, saya sendiri juga belum tahu mana yang benar.

Kawasan tempat Nyai Ageng Pinatih menyusui Sunan Giri selanjutnya dinamakan Kampung Pesuson. Lama kelamaan mengalami metamorfis kata hingga menjadi Kebungson. Nama ini yang dipakai hingga sekarang. Sebagai ibu angkat Nyai Ageng Pinatih tetap menjalankan perannya seperti ibu kandung sendiri. Tahun 1462 Masehi, beliau mengawinkan Sunan Giri dengan Dewi Murtosiyah putri Sunan Ampel.

Secara bersamaan juga dinikahkan dengan Dewi Wardah putri Sunan Bungkul Surabaya. Keduanya dinikahkan di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya.

No comments:

Post a Comment

Pages