Mengenal Lebih Dekat Suku "KAMORO" Tanah Papua



Kabupaten Mimika awalnya bernama Kaukanao, yang mana ‘kauka’ berarti perempuan dan ‘nao’ berarti bunuh. Munculnya kata Kaukanao sendiri berasal dari Perang Hongi, dimana semua perempuan harus dibunuh.
Sepanjang laporan penelitian para informan dan berbagai laporan, tidak ada arti yang jelas mengenai kata Kamoro, namun berdasarkan cerita yang diperoleh bahwa kata Kamoro berasal dari hewan atau binatang komodo. Oleh karena itu, menurut masyarakat Kamoro, mereka berasal dari daging hewan yang dibunuh dan dipenggal-penggal oleh nenek moyang mereka dan kemudian daging tersebut berubah wujud menjadi orang Kamoro. Ada versi lain, hukum adat Kamoro mulanya berasal dari Udik Sungai Kamoro, yang kemudian menyebar luas memenuhi sepanjang pantai Barat Daya Irian Jaya, yaitu Potowaiburu hingga ke sungai Otakwa.

Pola Hidup Suku Kamoro


Orang Kamoro memiliki ciri-ciri fisik seperti, wanita dan pria rata-rata memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap karena keadaan alam (di pesisir pantai), warna kulit hitam, hidung mancung dan rambut keriting.

 Mata Pencaharian

Orang Kamoro tidak mengenal sistem pertanian sehingga mereka kembali kepada kehidupan mereka sebagai nelayan dan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain (nomaden). Mereka memiliki semboyan, yaitu 3S(sungai,sampan,sagu). Sungai merupakan salah satu arus utama aktivitas suku Kamoro, sehingga mereka membutuhkan sampan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Rasa sosial yang begitu kuat, membuat masyarakat Kamoro selalu berbagi dengan sesamanya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kamoro sehari-hari, mereka biasanya melakukan aktivitas seperti :
- Memangkur sagu (amata wapuru)
- Melaut (menangkap hasil laut)
- meramu

Makanan Khas


Berbagai makanan khas masyarakat Suku Kamoro antara lain adalah sebagai berikut :
- Tambelo (ko)
- Sagu (amata)
-Ulat sagu (koo)
- Siput (omoko)
- Karaka

Agama


Pada awalnya, orang Kamoro menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun setelah masuknya agama Katolik pada tahun 1928 yang dibawa oleh seorang pastor, masyarakat Kamoro mulai mengenal agama. Oleh sebab itu, sebagian besar masyarakat Kamoro memeluk agama Kristen Katolik dan sebagian kecilnya menganut agama Kristen Protestan, tetapi ada juga masyarakat yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme dan hal itu masih berlanjut hingga saat ini.

 Adat Istiadat Suku Kamoro

Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Demikian halnya, dengan masyarakat suku Kamoro. Perkawinan mempunyai arti yang sangat mendalam, tidak hanya bagi individu yang kawin, tetapi juga lebih dari itu menyangkut harga diri, kehormatan, martabat keluarga atau kerabat. Karena itu, perkawinan tidak lepas dari peranan keluarga atau kerabat.
Ketentuan-ketentuan adat perkawinan yang dimaksud mencakup hal-hal seperti :

 Larangan Perkawinan

Larangan perkawinan secara adat terdapat perbedaan-perbedaan antara satu daerah dengan daerah lainnya. Larangan perkawinan pada orang Kamoro adalah sebagai berikut :
-Karena hubungan darah
Seorang laki-laki dilarang memilih pasangan atau kawin dengan perempuan yang masih mempunyai hubungan darah.
-Karena melangkahi saudara yang lebih tua
Seseorang dilarang kawin (baik laki-laki maupun perempuan), apabila ada saudaranya yang lebih tua dari pihak laki-laki maupun perempuan yang belum menikah.

Mas kawin


Mas kawin adalah sejumlah barang-barang perkawinan yang diminta oleh pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga laki-laki guna kelangsungan suatu perkawinan. Pada orang Kamoro mas kawin mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu perkawinan, karena mas kawin merupakan suatu syarat mutlak yang harus ada nilai guna kelangsungan perkawinan. Adapun benda-benda yang digunakan sebagai mas kawin adalah sebagai berikut :
- Perahu
- Kampak, parang (alat-alat kebun)
- Piring, kain
- Uang

c. Syarat-syarat perkawinan
- Kematangan jasmaniah dan rohaniah
- Kesiapan harta
- Izin orang tua
- Memperhatikan larangan-larangan perkawinan

d. Upacara Adat
- Upacara Pendewasaan (inisiasi) atau Upacara Karapao
- Upacara Penobatan Kepala Suku
- Upacara Pembuatan Mbitoro
E. Seni Budaya Tradisional Suku Kamoro
Adapun beberapa jenis seni budaya yang dimiliki oleh suku kamoro adalah sebagai berikut :

1. Seni bangunan rumah


Suku kamoro mempunyai beberapa bentuk rumah tradisional, yang diberi nama antara lain :
· KAPIRI KAME
Kapiri adalah alat penutup rumah (atap) yang menjadi rumah tradisional suku kamoro. Kapiri dibuat dari daun pandan hutan yang kuat, lebar dan panjang. Meskipun begitu sekarang ini suku kamoro tidak lagi (jarang sekali) menempati kapiri kame, mereka sudah membangun rumah yang permanen dengan memanfaatkan gaba-gaba (pelepah sagu) sebagai dinding dan daun seng sebagai atapnya. Banyak bentuk dari kapiri misalnya :
a. Karapauw Kame
b. Tauri Kame
c. Kaota kame
d. Kapiri Kame, dan lain-lain

2. Seni Ukir


Suku kamoro mempunyai seni ukir yang cukup tinggi nilainya.
Motif-motif seni ukir suku kamoro didasarkan pada pengalaman sejarah masa lalu.
Pengalaman sejarah yang dialaminya diekspresikan dalam bentuk seni ukir yang indah dan mempunyai makna ritual. Jenis-jenis seni ukir suku Kamoro antara lain :

a. Mbitoro
Mbitoro adalah ukir-ukiran khas suku Kamoro yang menjadi dasar dari jenis ukir-ukiran.

· Kerangka Mbitoro
  Uema ( ruas tulang belakang)
  Uturu tani (awan putih berarak)
  Wake biki (ekor kuskus pohon)
  Oke mbare (lidah biawak)
  Upau (kepala manusia)
  Apakou upau (kepala ular)
  Ereka kenemu (insang ikan)
  Ema (tulang ikan)
  Utu wau (tempat api atau perapian)

b. Ote Kapa (tongkat)
Ote kapa adalah seni ukir yang berbentuk tongkat dan biasanya di gunakan oleh orang yang sudah lanjut usia. Ada 5 motif ukiran ote kapa yaitu :
· Tako ema (tulang sayap kelelawar)
· Ereka waititi (sirip ikan)
· Uema (ruas tulang belakang)
· Upau (kepala manusia)

c. Pekaro (Piring Makan)
Pekaro dibuat dari jenis kayu yang ringan sehingga mudah dibawa pada saat berkapiri.
· Kerangka Pekaro :
  Komai mbiriti (kepala burung enggang/paru burung enggang)
-Tempat makanan yang berbentuk bulat telur
  -Mbiamu Upau (kepala kura-kura)

d. Yamate (perisai)
Yamate adalah seni ukir yang dibuat dari beberapa tingkat sesuai dengan tingkat tinggi orang yang memakainya. Biasanya dibuat empat tingkat yang semuanya bermotif bagian- bagian tubuh buaya.
a. Kapiri (tikar)
b. Imi (jaring)
c. Etahema (noken)
d. Omotere (tikar pandan)

3. Seni Suara dan Seni Tari Suku Kamoro

Menurut legenda lama adat kebudayaan suku Kamoro berasal dari dalam tanah dan air. Konon ceritanya nenek moyang suku Kamoro hanya memberikan alat-alat kebudayaan dan tidak mewariskan alat pertanian, sehingga suku kamoro lebih pandai bermain musik dari pada mengolah tanah.
Seni tari dan seni suara oleh suku Kamoro dijadikan sebagai bahan media dalam berbagai pesta untuk segala kepentingan. Orang yang memiliki keahlian menyusun syair dan mendendangkannya disebut “bakipiare”. Bakipiare sangat peka dalam memperoleh ilham dari keadaan alam sekitarnya. Ilham yang diterimanya kemudian diimajinasikan dan diekspresikan dalam bentuk syair lagu.
Syair lagu itu kemudian dilagukan dengan ditimpa oleh bunyi tifa yang lembut dan kadang-kadang menyentak iramanya. Jika irama lagu menyentak, iramanya akan segera mendapat sambutan dari dnikiarawe (pengiring lagu), maupun jagwari pikara (penegas atau penutup lagu). Alat-alat musik yang digunakan adalah tifa (eme) dan kaiyaro (alat musik dari bambu). Kaiyaro ini biasa dibunyikan dalam pesta adat karapao.

Jenis tari suku Kamoro seperti :
· Tari Seka
· Tari Ular
· Tari Mbitoro
Jenis seni suara (lagu) suku Kamoro seperti :
· Tapare Mimika Iwoto
· Korani
· Nikya Yesus

4. Pakaian 


Pakaian adat atau tradisional suku kamoro dibuat dari kulit peura (sejenis pohon genemo) yang disebut waura. Waura digunakan untuk laki-laki yang dipakai sebagai cawat disebut tapena. Ada juga yang terbuat dari daun sagu yaitu tauri, mono dan piki. Tauri biasa digunakan oleh ibu-ibu. Mono yaitu daun sagu yang dikupas, ditumbuk, dicuci yang kemudian dipakai. Sedangkan piki biasa digunakan oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak sebagai kain sarung.

No comments:

Post a Comment

Pages